Kisah Pohon Apel

20 Mei 2008

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak laki-laki yang senang barmain-main dibawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga kepucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari dia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo kesini bermain-main lagi deganku” pinta pohon apel. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya”.

Pohon apel itu menyahut. “Duh, maaf, akupun tak punya uang……tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kamu bias mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senag. Ia lalu memetik semua semua buah apel yang ada dipohon dan pergi dengan penuh suka cita.

Namun, setelah anak lelaki itu tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak laki-laki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi” kata pohon apel. “Aku tidak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf..akupun tak punya rumah,,,tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang.

Tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi denganku” kata pohon apel. “aku sedih” kata anak lelaki itu, “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin berlibur dan berlayar. Maukah kau memberiku kapal untuk pesiar?” “Duh, aku tak punya kapal,,,tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakanya untuk membuat kapal yang kau mau,,pergilah berlayar dan bersenang senanglah.”

Kemudian anak lelaki itu memotong batang pohon apel dan membuat kapal yang di idamkanya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian, “maaf anakku” kata pohon apel “aku sudah tak memiliki buah lagi umtukmu”

“tak apa. Akupun sudah tak memiliki gigi untuk menggigitbuah apelmu” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak punya batang dan dahan untuk kau panjat” kata pohon apel “sekarang aku sudah terlalu tua untuk itu”, jawab anak lelaki itu. “aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi untuk aku berikan kepadamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang”kata anak lelaki, “Aku hanya memerlukan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkamu”. “Ooh, bagus sekali,tahukah kau akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat, mari, marilah berbaring dipelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Kesimpulan;

Pohon apel itu adalah orang tua kita

Ketika muda kita senang bermain dengan ayah dan ibu kita, ketika kita tumbuh besar,kita meninggalkan mereka dan hanya datang ketika memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada disana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berfikir anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan yang terpenting;cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya dan berterimakasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikanya pada kita.

Satu Tanggapan to “Kisah Pohon Apel”

  1. wah, jadi ingat pepatah, “buah apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya”. jangan2 pepatah ini diambilkan dari dari cerita ini, bu ayu. btw, orang tua memang sudah seharusnya kita hormati dan sekaligus kita cintai karena merekalah yang telah berjasa besar membesarkan kita, tanpa meminta balas jasa.

Tinggalkan komentar